Minggu, 23 September 2012

PROFESIONALISME OLAH PIKIR DALAM FILSAFAT


PROFESIONALISME OLAH PIKIR DALAM FILSAFAT
(Refleksi Mata Kuliah Filsafat Ilmu)
Hari, Tanggal      : Senin, 17 September 2012.
Dosen                   : Dr. Marsigit, M.A.

Oleh:
Tantan Sutandi Nugraha
NIM 12709259013
Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika P2TK Dikdas
Universitas Negeri Yogyakarta

Setiap orang memiliki ruang dan waktu yang berbeda dengan ruang dan waktu yang dimiliki orang lain. Bahkan seseorang pun memiliki ruang dan waktu yang senantiasa berbeda-beda (berganti-ganti). Bumi juga menempati ruang dan waktu yang terus berbeda karena terus bergerak (rotasi dan revolusi). Karenanya, setiap waktu adalah kesempatan yang harus dimanfaatkan.
Kekuasaan dapat berarti luas, bisa berarti sebagai power dalam bidang politik (jabatan) atau uang. Filsafat bukan hanya olah pikir dalam orang biasa (common sense) tapi bersifat profesional yakni memiliki kesadaran multi dimensinya sebuah ide. Jika dilihat dari sejarah ide (misalnya zaman Yunani Kuno), jenis filsafat (misalnya filsafat umum, matematika, pendidikan) dapat dilihat cirinya jika ia dikenakan pada objek dan metodenya. Misalnya, filsafat politik memiliki objek kekuasaan dan metodenya adalah mempelajari bagaimana cara memperoleh kekuasaan, sedangkan filsafat matematika memiliki objek matematika dengan metode yang bermacam-macam. Secara umum, filsafat umum memiliki metode yang berbeda baik dan bersifat universal (hermenitika). Filsafat bersifat hidup dengan metode yang hidup juga, sehingga kadang-kadang ada kondisi yang kurang disenangi (kurang sehat), yang bersifat multidimensi relatif sampai absolut. 
Sejarah perkembangan matematika dikenal di Babilonia dan Mesopotamia berdasarkan artefak yang ditemukan. Di daerah sungai Eufrat dan Tigris ditemukan lempengan-lempengan yang ditulisi berbagai karakter. Sedangkan sumber filsafat yang paling tua ditemukan di Yunani, misalnya pemikiran akan demokrasi pada zaman Plato, negara yang ideal, dan sebagainya.
Separuh pemikiran adalah logika dan separuh lagi adalah pengalaman. Matematika (murni) hanya separuh dari hidup karena bersifat formal dan hanya berisi konsistensi (tidak kontradiksi) dengan apapun yang telah didefinisikan. Namun, dari sisi pengalaman, justru unsur dasar matematika adalah kontradiksi.
Filsafat merupakan manajemen ruang dan waktu. Sesuatu yang cocok bagi seseorang belum tentu cocok dan baik bagi orang lain dalam situasi yang berbeda. Dengan kata lain, filsafat peka dengan siapa dan kapan. Selain itu harus harmoni (seimbang).

Pertanyaan:
1.     Bagaimana kedudukan dan hubungan filsafat pendidikan dan filsafat matematika untuk mewujudkan kualitas pembelajaran matematika yang efektif dan menyenangkan?
2.     Bagaimana peranan pengalaman dalam mengkonstruksi sebuah pengetahuan dan filsafat?


1 komentar:

  1. kalkulus perhitungan membuat saya stress apa tips saudara bisa sukses?

    BalasHapus