PROFESIONALISME
OLAH PIKIR DALAM FILSAFAT
(Refleksi Mata Kuliah Filsafat Ilmu)
Hari, Tanggal : Senin, 17 September 2012.
Dosen : Dr. Marsigit, M.A.
Oleh:
Tantan Sutandi Nugraha
NIM 12709259013
Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika P2TK Dikdas
Universitas Negeri Yogyakarta
(Refleksi Mata Kuliah Filsafat Ilmu)
Hari, Tanggal : Senin, 17 September 2012.
Dosen : Dr. Marsigit, M.A.
Oleh:
Tantan Sutandi Nugraha
NIM 12709259013
Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika P2TK Dikdas
Universitas Negeri Yogyakarta
Setiap orang memiliki ruang dan waktu
yang berbeda dengan ruang dan waktu yang dimiliki orang lain. Bahkan seseorang pun memiliki
ruang dan waktu yang senantiasa berbeda-beda (berganti-ganti). Bumi juga
menempati ruang dan waktu yang terus berbeda karena terus bergerak (rotasi dan
revolusi). Karenanya, setiap waktu adalah kesempatan yang harus dimanfaatkan.
Kekuasaan dapat berarti luas, bisa berarti sebagai power dalam bidang politik (jabatan) atau uang. Filsafat bukan hanya
olah pikir dalam orang biasa (common
sense) tapi bersifat profesional yakni memiliki kesadaran multi dimensinya
sebuah ide. Jika dilihat dari sejarah ide (misalnya zaman Yunani Kuno), jenis
filsafat (misalnya filsafat umum, matematika, pendidikan) dapat dilihat cirinya
jika ia dikenakan pada objek dan metodenya. Misalnya, filsafat politik memiliki
objek kekuasaan dan metodenya adalah mempelajari bagaimana cara memperoleh
kekuasaan, sedangkan filsafat matematika memiliki objek matematika dengan
metode yang bermacam-macam. Secara umum, filsafat umum memiliki metode yang
berbeda baik dan bersifat universal (hermenitika).
Filsafat bersifat hidup dengan metode yang hidup juga, sehingga kadang-kadang
ada kondisi yang kurang disenangi (kurang sehat), yang bersifat multidimensi
relatif sampai absolut.
Sejarah perkembangan matematika dikenal di Babilonia dan Mesopotamia berdasarkan artefak yang ditemukan. Di daerah
sungai Eufrat dan Tigris ditemukan
lempengan-lempengan yang ditulisi berbagai karakter. Sedangkan sumber filsafat yang paling tua
ditemukan di Yunani, misalnya pemikiran akan demokrasi pada zaman Plato, negara
yang ideal, dan sebagainya.
Separuh pemikiran adalah logika dan separuh lagi adalah pengalaman.
Matematika (murni) hanya separuh dari hidup karena bersifat formal dan hanya
berisi konsistensi (tidak kontradiksi) dengan apapun yang telah didefinisikan.
Namun, dari sisi pengalaman, justru unsur dasar matematika adalah kontradiksi.
Filsafat merupakan manajemen ruang dan waktu. Sesuatu yang cocok bagi seseorang
belum tentu cocok dan baik bagi orang
lain dalam situasi yang berbeda. Dengan kata lain, filsafat peka dengan siapa
dan kapan. Selain itu harus harmoni (seimbang).
Pertanyaan:
1. Bagaimana kedudukan dan hubungan
filsafat pendidikan dan filsafat matematika untuk mewujudkan kualitas
pembelajaran matematika yang efektif dan menyenangkan?
2. Bagaimana peranan pengalaman dalam
mengkonstruksi sebuah pengetahuan dan filsafat?
kalkulus perhitungan membuat saya stress apa tips saudara bisa sukses?
BalasHapus